Jadikan Hardiknas Untuk Kebangkitan Pendidikan di SMK

Mendengar berita di media massa tentang SMK sebagai penyumbang pengangguran tertinggi di Indonesia tentu membuat hati kita sedih, apalagi bagi kita yang berkecimpung sebagai tenaga pendidik di SMK. Menjadi pertanyaan besar bagi kita apakah proses belajar mengajar di SMK khususnya pada mata pelajaran praktik masih sangat buruk sehingga lulusan SMK kesulitan mendapatkan pekerjaan dan terus menyumbang pengangguran di negeri ini? Sudah seharusnya para pemangku kepentingan di negeri ini tidak boleh abai dengan hal ini, mulai dari presiden, menteri pendidikan, kepala dinas sampai satuan pendidikan harus bangkit untuk membenahi hal ini. Meskipun tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan untuk mewujudkannya. Karena dibutuhkan kerja keras dan keterlibatan banyak pihak termasuk dunia kerja dan dunia industri yang nantinya dapat menyerap lulusan SMK.
Bagi para pendidik di SMK sudah sejak lama mengetahui tentang masih belum adanya link and match antara pendidikan SMK dengan kebutuhan tenaga kerja di dunia industri. Hal ini bisa bisa jadi benar karena jumlah industri yang ada di suatu daerah tidak sebanding dengan jumlah siswa SMK di daerah tersebut. Sebagai contoh di Kota Depok saja banyak sekali SMK yang membuka jurusan Perhotelan dimana setiap angkatan meluluskan ratusan siswa jurusan perhotelan. Sedangkan jumlah hotel yang ada di Kota Depok hanya berjumlah belasan saja dan belum tentu juga menerima tenaga kerja baru setiap tahunnya. Bagi SMK yang memiliki jurusan IT juga memiliki permasalahan tersendiri dalam menyelaraskan kemampuan lulusan dengan kebutuhan industri. Dengan berkembang pesatnya perangkat-perangkat IT seperti gadget, laptop, komputer, perangkat jaringan dan lain-lain membuat alat-alat praktik IT yang dimiliki sekolah ini menjadi usang dan ketinggalan jaman. Akibatnya apa yang dipraktikan siswa di sekolah berbeda dengan yang mereka temui didunia industri. Alat-alat praktik yang digunakan belajar siswa sudah tidak ditemui lagi di dunia kerja. Sehingga pihak industri menghakimi bahwa lulusan SMK tidak memiliki kompetensi sesusi dengan yang dibutuhkan. Pihak sekolah sebenarnya terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan peralatan praktik siswa dengan perangkat-perangkat yang terbaru, namun mahalnya harga alat-alat praktik sering menjadi kendala utama bagi banyak sekolah. Namun bagi sekolah-sekolah yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap mutu lulusannya tentunya akan mengupayakan pengadaan dan pembaharuan alat-alat praktik siswanya.
Dengan munculnya pandemi Covid-19 yang dua tahun lebih memukul keras kegiatan praktik para siswa di SMK. Sistem pembelajaran online membuat siswa kehilangan jam pelajaran praktik yang seharusnya mereka terima. Ditambah lagi pengurangan durasi jam belajar diamana pembelajaran hanya maksimal 6 jam pelajaran membuat waktu belajar semakin singkat. Apalagi tidak siapnya pihak sekolah, orang tua dan siswa itu sendiri untuk menghadapi pembelajaran online yang memerlukan perangkat dan biaya yang tidak murah. Kegiatan PKL Praktik Kerja Lapangan) yang menjadi pendukung untuk menambah skill peserta didik dibidang kejuruan juga mengalami kendala, banyak industri yang tidak menerima siswa untuk melaksanakan PKL dikarenakan sitem kerja WFH (Work From Home) dimana pegawainya dilarang bekerja dari kantor. Hal ini tentunya menyumbang merosotnya mutu lulusan di SMK dimana tidak tercapainya kompetensi dalam kurikulum terutama target-target mata pelajaran kejuruan yang menuntut banyak tatap muka untuk kegiatan praktik.

Diterbitkannya Kurikulum Merdeka oleh Kementrian Pendidikan Nadiem Makarim semoga dapat menjadi salah satu pemicu untuk bangkitnya pendidikan di SMK. Kondisi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) akibat sedikitnya tatap muka dan pengurangan jam belajar serta kondisi kesenjangan pembelajaran (learning gap) akibat perbedaan kondisi siswa dalam menghadapi pembelajaran online harus segera diatasi jika kita tidak ingin mutu lulusan SMK terus merosot. Kurikulum Merdeka harus mampu mengatasi krisis pembelajaran (learning crisis) di Indonesia khususnya di sekolah-sekolah SMK. Melalui kemauan yang kuat untuk bangkit guna melakukan pembenahan dan perbaikan disemua bagian yang terkait dengan SMK mulai dari pemerintah pusat sampai pengelola sekolah serta kesediaan pihak industri untuk mau terlibat dalam proses pembelajaran niscaya dapat menjadi kunci untuk menyelesaikan permasalahan SMK penyumbang pengangguran tertinggi di Indonesia. SMK BISA! SMK HEBAT!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *